Peran guru begitu besar dalam mencapai salah satu cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka adalah orang yang mendidik, mengajar, membimbing, dan mengarahkan generasi penerus bangsa. Tugas yang mulia ini tidak mudah dilaksanakan, itulah sebabnya guru juga disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sebagai rasa syukur terhadap jasa guru dan wujud penghargaan pada para pendidik, ditetapkanlah Hari Guru Nasional. Tanggal 25 November secara resmi ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1994.
Penetapan Hari Guru Nasional pada tanggal 25 November merupakan bentuk penghormatan terhadap Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah pelopor pendidikan rakyat. Konsep pendidikan yang diusung beliau berprinsip bahwa pendidikan harus mencakup aspek secara menyeluruh, tidak hanya aspek kognitif (pengetahuan) tetapi juga moral, emosional, dan fisik. Maka dari itu, guru tidak hanya berperan menyampaikan pengetahuan, namun juga memiliki peran dalam membentuk norma siswa-siswinya.
Pada dasarnya, nilai-nilai yang disampaikan guru pada sistem pendidikan di Indonesia memiliki kesamaan dengan guru pada pendidikan pondok pesantren yaitu bertujuan mencerdaskan generasi penerus bangsa baik kecerdasan intelektual, moral, sosial, dan spiritual. Tentunya di pondok pesantren memiliki kelebihan pada keilmuan spiritual keagamaan. Pada literatur pesantren juga dijelaskan bahwa betapa pentingnya menghormati guru dengan adab yang benar. Dalam kitab Ta’limul Muta’allim dijelaskan bahwa jika ingin memiliki keturunan yang alim maka hendaknya memuliakan para ulama. Dalam kitab tersebut juga dijelaskan mengenai adab kepada guru yaitu ta’zim kepada guru yang telah memberikan pelajaran walaupun hanya satu huruf, tidak berjalan di depannya termasuk bentuk menghormati guru, melakukan hal yang membuatnya rela dan menjauhi larangannya serta jangan melukai hati guru.
Di pondok pesantren, figur guru adalah kyai yang merupakan ahli ilmu. Kyai adalah teladan bagi santri-santrinya di pesantren. Begitu juga di Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, figur guru yang menjadi teladan bagi santri bukan hanya keilmuannya tapi juga spiritual, tata krama, dan bahkan nasionalisme yang tinggi tidak pernah berhenti menyalurkan nilai-nilai pada santri-santrinya. Beliau adalah K.H. Achmad Chalwani Nawawi putra dari K.H. Nawawi Shiddieq. Bukan hanya keilmuan yang dicurahkan, tapi juga kasih sayang yang begitu besar sehingga nama beliau begitu melekat di dalam hati santri-santrinya. Beliau bukan hanya guru keilmuan pesantren tapi juga Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah. Sehingga tidak hanya santri yang mukim di pondok pesantren, beliau juga memiliki santri thoriqoh yang berasal dari berbagai kalangan. Tidak jarang orang yang tidak bermukim di pondok pesantren juga merasa menjadi muridnya karena beliau selalu bersemangat berdakwah di berbagai penjuru di Indonesia, bahkan di pulau yang jauh sekalipun. Semua hal ini bukti nyata bahwa peran guru dalam kehidupan masyarakat sangat penting dan besar sehingga cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dapat tercapai.
Tugas guru yang besar dan berat harus didukung oleh berbagai pihak, termasuk masyarakat dan keluarga. Sayangnya, hal ini kurang disadari dan diterapkan, sebagai bukti banyaknya fenomena guru yang dilaporkan kepada polisi dengan dalih cara pengajarannya yang keras. Padahal hal itu perlu dikaji dan diperhatikan secara mendalam, bukan hanya dari satu sisi saja. Begitu juga orang tua yang menitipkan anaknya di lembaga pondok pesantren, artinya orang tua telah mempercayakan putra-putrinya kepada kyai yang dibantu oleh asatidz. Tentu boleh apabila terdapat beberapa saran yang membangun ketika terdapat kekurangan. Namun perlu ada keikhlasan dan kepercayaan terhadap metode dan cara pengajaran di pondok pesantren. Pada Hari Guru ini perlu kita sadari dan refleksikan kita sebagai warga masyarakat Indonesia bersama-sama mendukung dan memberikan kepercayaan pada para pahlawan tanpa tanda jasa, serta ikut serta mendidik para penerus bangsa.
Tulisan ini adalah bagian dari ucapan terima kasih kepada guru kita K.H. Achmad Chalwani Nawawi dan keluarga serta kepada guru di seluruh Indonesia.