Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Santri Jaman Now

Muhammad Arif Mufidul Chikam
10 Apr 2018, 16:44 WIB Last Updated 2018-10-12T10:49:42Z
Santri Jaman Now

Menggelitik rasanya ketika membahas fenomena anak jaman sekarang atau dalam bahasa gaulnya kids jaman now, dari model bahasa saja sudah telihat semrawut, coba dilihat, sebenarnya mereka mau ke inggris-inggrisan apa mau ke indonesia-indonesiaan..?? Kata "jaman" di dalam KBBI seharusnya di tuliskan dengan huruf awalan Z "zaman" bukan "jaman". Atau mungkin penggunaan kata tersebut dianggap lebih enteng diterima daripada kata yang sebenarnya..?? Bahkan kalau Orang dulu minum obat karna sakit, orang sekarang minum obat karna trend.

Bahayanya virus ini sudah merembet atau malah sudah menjamur ke dunia pondok pesantren, contohnya para santri lebih senang memegang gadget daripada memegang kitab, lebih sering baca status daripada baca Al-Qur’an, malahan mereka lebih pusing memikirkan caption daripada memusingkan pelajaran yang belum mereka kuasai. Ini kan berbanding terbalik 180 derajat dari santri-santri dahulu yang mana mereka lebih sering disibukkan dengan kegiatan muthola’ah kitab, musyawaroh, lalaran dan masih banyak lagi.

Memang, zaman tak bisa di lawan, zaman sekarang tak bisa di samakan dengan zaman dahulu, akan tetapi para santri harus paham dan bisa menyesuaikan dengan zaman, karena metode belajar santri adalah metode terbaik yang dimiliki oleh negara ini. sampai-sampai Ki Hajar Dewantara sendiri mempunyai konsep pendidikan yang namanya paguron atau asrama, dalam konsep ini guru juga perlu ikut tinggal di sekolah, melebur dengan murid. Tampak seperti suasana keluarga di rumah. Menurut beliau, “Sekolah itu harus pula menjadi rumahnya guru. Itulah tempat tinggal jang pasti; rumah itu diperuntuki nama guru, atau lebih baik dikatakan orang menjebut pondoknja itu namanja. Dari dekat dan djauh datanglah murid kepadanja; bukan dia jang pergi ke murid. Kita berkata: ia bukan ‘sumur lumaku tinimba’ (sumber bedjalan, tempat umum mengambil air). Seluruh suasana paguron itu diliputi semangat pribadinja.” (Ki Hajar Dewantara: 1962) dan konsep itu ada dalam sosok pondok pesantren.

Oleh karena itu seperti yang pernah beliau Syaichina Achmad Chalwani Nawawi Mursyidul Kamil wamukammil TQN katakan (al muchafadhlotu ngala qodimi...) artinya memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Ini lah yang harus di pahami oleh santri-santri Jaman Now supaya kedepannya tidak salah kaprah menyikapi zaman.
(Oleh: mas RX)

Iklan

iklan